Rabu, 30 April 2014

Resensi Buku


Judul Novel     : Edensor

Pengarang       : Andrea Hirata

Penerbit           : Klub Sastra Bentang

Tahun terbit     : 2007

Tebal buku       : 306 hlm.

Harga buku     : Rp.75.000,00
Salah satu yang terlihat menonjol di Buku ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi adalah ingatan masa kecil dari tokoh utama sekaligus penulis buku ini, Andrea. Seperti saat Andrea harus menentukan arah kemana Ia dan Arai harus berjalan karena saat itu kompasnya ikut terampas oleh polisi di salah satu kota di  Rusia. Saat itu Ia teringat kenangannya bersama Weh, seseorang dari masa lalunya, yang pernah mengajari bagaimana membaca rasi bintang yang sangat luas.ketika Ia bertemu dengan Imam masjid di Austria yang berasal dari Afghanistan, dia teringat dengan tokoh di masjid kampungnya, Taikong Hamim. Seorang tokoh agama di kampungnya yang telah membuat dirinya harus mencari nama pengganti bagi dirinya sendiri.

Buku ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi ini menyuguhkan kepada pembaca, salah satu bentuk pengalaman dari seorang Andrea Hirata. Kisah-kisah di dalamnya merupakan simpul-simpul kejadian yang pernah Ia alami. Pendidikan, kisah romantisme, serta penjelajahannya menjadi media bagi dirinya menjalani kisah cintanya. Bagaimana semangatnya mencari A-Ling kemudian dia harus rela menerima hasil dari semangatnya itu. Kemudian bagaimana Ia tiba di Edensor, dalam sebuah perjalanan yang tidak direncanakan. Dan kejadian itu Ia jadikan simbol pertemuannya dengan A Ling.

Dan sebagai penutup dari resensi buku ketiga ini sebuah potongan kisah dari buku ini, ketika Andrea dan Arai dalam perjalanan pulang ke paris setelah selesai melakukan perjalanan sebagai backpacker,”….Tapi aku tetap merasa kesepian karena A Ling masih tak jelas rimbanya. Tak tahu lagi kemana mencarinya. Hanya dari novel kenangannya aku dapat menemukannya. Kubuka lagi novel lusuh itu, kubaca lagi keindahan desa khayalan Edensor untuk melipur rinduku.

Jalan-jalan desa menanjak berliku-liku dihiasi deretan pohon oak, berselang-seling di antara jerejak anggur yang ditelantarkan. Lebah madu berdengung mengerubuti petunia. Daffodil dan asturia tumbuh sepanjang pagar peternakan, berdesakan di celah-celah bangku batu. Di belakang rumah penduduk tumpah ruah dedaunan warna oranye, mendayu-dayu karena belain angin. Lalu terbentang luas padang rumput, permukaannya ditebari awan-awan kapas…

Sebuah kata wawancara menjadi sebuah undangan yang ditunggu-tunggu oleh Andrea dan Arai. Berbekal ijasah SMA keduanya mulai merantau ke tanah jawa. Dua kali mereka telah melakukan persiapan untuk menghadapi tes wawancara sebelum akhirnya mereka diterima bekerja sebagai sales peralatan dapur [untuk yang terakhir ini, mereka diterima bekerja tanpa tes wawancara sekalipun. Meski akhirnya mereka dipecat karena angka penjualannya memalukan.

Kemudian, Andrea diterima bekerja di sebuah kantor pos di Bogor sementara Arai bekerja sekaligus kuliah di kalimantan. Andrea senang menjadi Pengatur Muda Pos, wewenangnya adalah mencairkan wesel dengan nilai sampai seratus lima puluh ribu. Dan itu sangat berarti baginya karena dengan kekuasaannya itu dia bisa membantu para mahasiswa IPB yang miskin. Kemudian, setelah keduanya lulus kuliah, mereka mengikuti tes beasiswa untuk mengambil S-2 ke Eropa. Dan, mereka diterima di Sorbonne. Sebuah tempat yang belum pernah terbayangkan jauhnya. Yang mereka tahu hanyalah waktu tempuh yang akan mereka alami.

Dan, Andrea berusaha mencari A-Ling, kekasih hatinya yang telah terpisah sejak SMP untuk berpamitan. Dan Arai berpamitan kepada Zakia Nurmala, cintanya yang bertepuk sebelah tangan, melalui sepucuk surat.

Di tengah kehidupan perkuliahan di Eropa, keduanya juga mengalami banyak pengalaman baru. Menjadi orang yang berada ditengah persaingan mahasiswa luar negeri dirasakan sebagai pengalaman yang mengasyikkan. Perjalanan-perjalanan indah telah mereka ciptakan. Melakukan perjalanan di Eropa tanpa mengikuti paket pariwisata menjadikan perjalanan mereka lebih menyenangkan. Hal baru telah menjadi sahabat bagi semangat mereka berdua. Hingga keduanya melakukan perjalanan sebagai backpacker mengelilingi dua benua sekaligus. Eropa dan Afrika. Menjadi artis jalanan di berbagai tempat adalah buah hati bagi semangat mereka selama melakukan perjalanan itu.

Hingga akhirnya tibalah Andrea pada sebuah tempat yang dulu hanya bisa diceritakan oleh A-Ling setelah membaca sebuah novel. Edensor. Tempat yang ingin dituju oleh kekasih Andrea, seseorang yang telah menjadi bagian dari semangatnya.

Kehidupan masa kecil di Belitong telah meninggalkan bekas yang mendalam bagi seorang Andrea Hirata, tokoh utama sekaligus penulis buku ini. Pertemuannya dengan Weh, seorang pelaut kapal kecil di kampungnya, telah membuat dirinya bangga sebagai laki-laki, sebagai navigator alam. Bagaimana Iamengenang malam itu, malam dimana Weh mengajarkan cara membaca petunjuk alam. Dengan menggambari langit, Andrea terkagum-kagum kepada alam semesta.

Bagaimana Ia harus mencari sendiri sebuah nama sebagai pengganti namanya yang harus diganti. Dan Ia telah menemukan nama itu, mengadopsi nama seorang wanita Italia, Andrea Galliano yang mengancam bunuh diri apabila Elvis Presley tidak membaca suratnya. Dan tahukah Anda dimana dia menemukan nama itu? Nama itu tertulis pada sebuah artikel di majalah yang Ia baca.

Pengalaman – pengalaman di atas adalah beberapa mimpi yang telah dialami oleh seorang Andrea Hirata. Bagaimana Ia teringat pengalaman masa kecilnya ketika dia menjadi seorang backpacker. Baginya, pengalaman masa kecil di sebuah kampung di Belitong telah membawa dirinya menikmati menjadi seorang backpacker di daratan Eropa dan Afrika.

Dan kecintaanya pada seorang wanita keturunan cina, Njoo Xian Ling juga turut Ia bawa serta dalam perjalanan itu. Kemana-mana Ia akan menemui seseorang yang bernama A Ling yang telah Ia dapatkan melalui internet. Itu semua Ia lakukan demi menghabisi rasa penasarannya dimana A Ling berada, seperti apakah A Ling kini. Keinginannya bertemu A Ling dihidupi oleh kenangan indah pada saat Ia menaiki komedi putar bersama A Ling dan sebuah buku, kado dari A Ling.

Dan pada akhirnya, pada sebuah perjalanan di Inggris yang tidak Ia rencanakan, dirinya terpaku pada suatu lukisan hidup, seperti lukisan yang ada di buku novel, kado dari A Ling. Andrea telah berada di sebuah tempat bernama EDENSOR, Inggris.

Semua cerita yang terdapat dalam buku ketiga dari tetralogi laskar pelangi adalah simpul dari impian penulis pada masa kecil. Dan telah Ia alami sewaktu menjadi seorang backpacker di dua benua. Di resensi ke satu dari buku ini saya menyuguhkan, bagaimana seorang Andrea Hirata menceritakan pengalmannya mengalami hal – hal baru dan bahkan hal – hal yang telah Ia lakukan dulu yang kini mengalami ujung peristiwanya. Seperti pada saat Ia bertemu, bersalaman dan beramah tamah dengan Andrea Galliano [pemilik nama yang telah Ia pilih sendiri semasa kecil], pada sebuah pembukaan museum khusus Elvis Presley. Serta bagaimana Ia akhirnya sampai di daratan bernama Edensor, sebuah tempat yang dulu hanya dilukiskan keindahannya oleh A Ling, seseorang yang telah memberi kekuatan dalam perjalanannya.

Kekurangan dari novel ini adalah banyaknya istilah-istilah dan kalimat-kalimat yang sulit dimengerti oleh pembaca, seperti pada istilah Gracias senor dan la niege au sahara. Dan pada kalimat “…. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang dan terurai…..”.

Dan pada akhir cerita yang membuat kita penasaran, novel ini hanya menceritakan ketika ikal menemukan desa khayalan A-Ling, Edensor. Bukan ikal bertemu dengan A-Ling. Sehingga rasanya kita diwajibkan membaca novel keempat Andrea Hirata, Marymah Karpov yang merupakan novel kelanjutan dari Edensor. Novel ini menceritakan tentang seorang wanita yaitu A-Ling.

Kelebihan dari buku ini yaitu kemampuan penulis menggambarkan tokoh-tokoh dalam novel Edensor yang dapat sangat kuat sehingga membuat pembaca terbawa dalam cerita ini. Dan novel ini juga dapat membawa pembaca seakan-akan mengalami sendiri pertiwa-peristiawa yang terjadi di novel ini.

Edensor sangat cocok bagi siswa SMA dan universitas yang dapat memotivasi semangat belajar mereka. Karena dapat memotivasi semangat belajar mereka. Karena novel ini menceritakan Ikal dan Arai yang tidak menduga kalau mereka dapat beasiswa untuk belajar ke Perancis, Eropa. Dan juga semangat penulis yang kokoh walau diterjang penderitaan. Dan Penulis sepertinya mengharapkan para pembaca agar mencontoh watak tokoh utama dalam mengarungi kehidupan.


Nilai-nilai sosial yang dapat dipetik dari buku ini adalah semangat juang dua orang laki-laki yang berkibar-kobar demi menempuh pendidikan dan pencarian cinta mereka.

METODE ILMIAH



Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol.

Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah
Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan  data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.

Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.

Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.



Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.


Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:

1.            Merumuskan masalah.
2.            Merumuskan hipotesis.
3.            Mengumpulkan data.
4.            Menguji hipotesis.
5.            Merumuskan kesimpulan.
Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?

Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.

Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.

Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.


Tujuan METODE ILMIAH
itu sendiri adalah mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.secara luas di simpulkan bahwa tujuan metode ilmiah yaitu:
1. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
2. Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.
3. Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
Sikap Ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah tersebut adalah sebagai berikut :
1)    Sikap Ingin Tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
2)    Sikap Kritis
Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan -kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
3)    Sikap Obyektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
4)    Sikap Ingin Menemukan
Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru. Kebiasaan menggunakan eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik dan konstruktif. Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
5)    Sikap Menghargai Karya Orang Lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
6)    Sikap Tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksperimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai. Terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
7)    Sikap Terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

Sumber :

http://yanhasiholan.wordpress.com/2012/11/21/sikap-ilmiah/
http://girlycious09.wordpress.com/tag/tujuan-metode-ilmiah/

http://penelitiantindakankelas.blogspot.sg/2013/07/pengertian-dan-langkah-langkah-metode-ilmiah.html

KARANGAN ILMIAH



1. Karangan Ilmiah.
Pengertian Karangan Ilmiah
Karangan merupakan karya tulis yang dihasilkan dari kegiatan mengungkapkan pemikiran dan menyampaikannya melalui media tulisan kepada orang lain untuk dipahami. Sedangkan karangan ilmiah menurut Brotowidjoyo adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Jadi, karya ilmiah adalah suatu tulisan yang didalamnya membahas suatu masalah yang dilakukan berdasarkan penyedikan, pengamatan, pengumpulan data yang dapat dari suatu penelitian,baik penelitian lapangan, tes labolatorium ataupun kajian pustaka dan dalam memaparkan dan menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah,yang dikatakan dengan pemikiran ilmiah disini adalah pemikiran yang logis dan empiris.
Bentuk karangan ilmiah dapat berupa makalah, usulan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Sedangkan jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.

Ciri-Ciri Karangan Ilmiah
Ciri-ciri karangan ilmiah yaitu:
a. Sistematis, artinya mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi,
    kausalitas, dan sebagainya;
b. objektif, artinya pembahasan suatu hasil penelitian  sesuai dengan yang diteliti.;
c. cermat, tepat, dan benar;
d. tidak persuasif;
e. tidak argumentatif;
f.  tidak emotif;
g. netral, artinya tidak mengejar keuntungan sendiri atau pihak tertentu;
h. tidak melebih-lebihkan sesuatu

Isi ( batang tubuh ) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah. Seperti yang diungkapkan oleh John Dewey, ada 5 langkah pokok proses ilmiah.
1. Mengenali dan merumuskan masalah
2. Menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis.
3. Merumuska hipotesis ( dugaan hasil sementara )
4. Menguji hipotesis
5. Menarik kesimpulan

2. Karangan Non Ilmiah

      Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah, yaitu:

·                     Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
·                     Fakta yang disimpulkan subyektif,
·                     Gaya bahasa konotatif dan populer,
·                     Tidak memuat hipotesis,
·                     Penyajian dibarengi dengan sejarah,
·                     Bersifat imajinatif,
·                     Situasi didramatisir,
·                     Bersifat persuasif.
·                     Tanpa dukungan bukti
Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah, yaitu:

·                     Dongeng
·                     Cerpen
·                     Novel
·                     Drama
·                     Roman

3. Karangan Semi Ilmiah (Populer)
      Karya tulis semi ilmiah merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan yang ditulis dengan bahasa konkret dan formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ini juga merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan dalam kary tulis ini. Karya tulis semi ilmiah biasanya digunakan dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.

Perbedaan Karya Ilmiah dengan Nonilmiah
      Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
1.            Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
2.            Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
3.            Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
      Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.
      Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
      Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat, antara lain :

1.            Emotif : merupakan kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi
2.            Persuasif : merupakan penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative
3.            Deskriptif : merupakan pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan
4.            Jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.

Perbedaan Karya Ilmiah dengan Semi ilmiah
      “Kecermatan dalam berbahasa mencerminkan ketelitian dalam berpikir” adalah slogan yang harus dipahami dan diterapkan oleh seorang penulis. Melalui kecermatan bahasa gagasan atau ide-ide kita akan tersampaikan. Oleh karena itu, penguasaan bahasa amat diperlukan ketika Anda menulis.
Bahasa dalam karangan ilmiah menggunakan ragam bahasa Indonesia resmi. Ciri-ciri ragam resmi yaitu menerapkan kesantunan ejaan (EYD/Ejaan Yang Disempurnakan), kesantunan diksi, kesantunan kalimat, kesantunan paragraph, menggunakan kata ganti pertama “penulis”, bukan saya, aku, kami atau kita, memakai kata baku atau istilah ilmiah, bukan popular, menggunakan makna denotasi, bukan konotasi, menghindarkan pemakaian unsur bahasa kedaerahan, dan mengikuti konvensi penulisan karangan ilmiah.
Terdapat tiga bagian dalam konvensi penulisan karangan ilmiah, yaitu bagian awal karangan (preliminaries), bagian isi (main body), dan bagian akhir karangan (reference matter).
      Berbeda dengan karangan ilmiah, bahasa dalam karangan semiilmiah/ilmiah popular dan nonilmiah melonggarkan aturan, seperti menggunakan kata-kata yang bermakna konotasi dan figurative, menggunakan istilah-istilah yang umum atau popular yang dipahami oleh semua kalangan, dan menggunakan kalimat yang kurang efektif seperti pada karya sastra.

Sumber :http://gatotbukankaca.weebly.com/bahasa-indonesia-2-karangan-ilmiah-non-ilmiah-dan-ilmiah-populer.html
http://aidafiteri.blogspot.sg/2012/04/pengertian-dan-ciri-ciri-karangan.html