PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP TINGKAT
PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA
B.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Memasuki era globalisasi dan modernisasi dewasa ini, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan pesat. Tuntutan masyarakat
semakin kompleks dan persaingan sangat ketat. Hal ini harus didukung dengan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) dilakukan melalui jalur pendidikan. Pendidikan merupakan faktor pendukung
utama terbentuknya manusia yang produktif dan kreatif guna terciptanya
masyarakat yang sejahtera dan makmur serta memajukan bangsa dan negara. Dalam
arti luasnya, pendidikan mengandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar,
dan melatih setiap individu.
Tujuan pendidikan nasional berdasarkan UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, sebagai berikut: Pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan yang hendak dicapai pemerintah Indonesia adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah sejak orde baru telah mengadakan
perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh Rakyat Indonesia. Hal
ini sesuai dengan bunyi pasal 31 ayat 1 UUD 1945, yang menyatakan bahwa:
“Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran”.
Penyelenggaraan pendidikan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan
formal dan jalur pendidikan nonformal. Pendidikan formal merupakan pendidikan
yang diselenggarakan di sekolah dan perguruan tinggi dengan proses pengajaran
yang berjenjang dan berkesinambungan. Sedang pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah dan perguruan tinggi tanpa proses pengajaran yang
berjenjang dan berkesinambungan. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang
berada di luar pendidikan formal. Dalam keluarga diselenggarakan pendidikan
keluarga dengan pemberikan pendidikan, pengajaran, dan bimbingan mengenai
agama, moral, etika, budaya, dan keterampilan. Sehingga keluarga mempunyai
peranan yang sangat penting dalam mendukung pendidikan. Dengan demikian, latar
belakang keluarga harus diperhatikan guna tercapainya pendidikan yang maksimal.
Orang tua, masyarakat, dan pemerintah adalah tiga unsur yang
bertanggungjawab dalam mencapai keberhasilan pendidikan. Masyarakat dan
pemerintah bertugas menyiapkan sarana dan prasarana diselenggarakannya proses
pendidikan, seperti kampus, dosen, pengawai yang mengurusi administrasi kampus
dalam suatu perguruan tinggi. Bahar dalam
Maftukhah (2007), menyatakan
bahwa: pada umumnya anak yang berasal dari keluarga menengah ke atas lebih
banyak mendapatkan pengarahan dan bimbingan yang baik dari orang tua mereka.
Anak-anak yang berlatar belakang ekonomi rendah, kurang mendapat bimbingan dan
pengarahan yang cukup dari orang tua mereka, karena orang tua lebih memusatkan
perhatiannya pada bagaimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keluarga mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan anak karena
keluarga adalah lembaga sosial pertama dalam hidup manusia. Dalam keluarga,
orang tua memiliki tugas dan kewajiban dalam memenuhi seluruh kebutuhan
pendidikan anak, terutama dalam hal finansial. Dikatakan bahwa orang tua yang
berstatus sosial ekonomi tinggi, tidaklah banyak mengalami kesulitan dalam
proses pendidikan anaknya. Sebaliknya, bagi orang tua yang berstatus sosial
Dalam proses pembelajaran diperlukan sarana penunjang yang terkadang
mahal. Akibatnya bagi orang tua yang tidak
mampu memenuhi sarana penunjang tersebut, maka anak akan terhambat dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian, sumber daya manusia menjadi rendah
sehingga menghambat kemajuan bangsa dan negara.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mencoba mengungkapkan
bagaimana besarnya pengaruh status sosial orang tua terhadap tingkat prestasi
akademik mahasiswa.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka dapat
disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
a.
Bagaimana gambaran tentang status sosial ekonomi orang tua ?
b.
Bagaimanakah tingkat prestasi akademik
c.
Seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi terhadap prestasi akademik mahasiswa
3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui gambaran tentang status sosial ekonomi orang tua
mahasiswa
b.
Untuk mengetahui tingkat prestasi akademik
c.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh status sosial ekonomi orang tua
mahasiswa
4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai berikut:
a.
Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran kondisi dan pengaruh status sosial ekonomi orang tua
b.
Secara Praktis
Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian
lebih lanjut dan sebagai data dasar bagi perkembangan sistem pendidikan guna
terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.
C.
Tinjauan Pustaka, Kerangka Pikir, dan Hipotesis
1.
Teori Stratifikasi
Dalam masyarakat terdapat sistem lapisan kelompok-kelompok yang dalam
sosiologi dikenal dengan istillah stratifikasi sosial (social stratification).
Pitirim A. Sorokin dalam Soekanto (2003:228) menyatakan bahwa social
stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat (hirarkis).
Menurut Said Gatara dan Dzulkiah Said (2007:49), stratifikasi sosial
adalah struktur sosial yang memiliki lapisan-lapisan dalam suatu masyarakat.
Selanjutnya menurut Henslin (2007:178), stratifikasi sosial (social
stratification) merupakan suatu sistem di mana kelompok manusia terbagi dalam
lapisan-lapisan sesuai dengan kekuasaan, kepemilikan, dan prestise relatif
mereka. Penting untuk dipahami bahwa stratifikasi sosial tidak merujuk pada
individu. Stratifikasi sosial merupakan cara untuk menggolongkan sejumlah besar
kelompok manusia ke dalam suatu hirarki
sesuai dengan hak-hak istimewa relatif mereka.
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam
proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun
untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang bisa menjadi alasan terbentuknya
lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat
umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala
masyarakat, mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang
dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat.
Di dalam uraian tentang teori lapisan senantiasa dijumpai istilah kelas
(social class). Seperti yang sering terjadi dengan beberapa istilah lain dalam
sosiologi, maka istilah kelas, juga tidak selalu mempunyai arti yang sama.
Walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam
masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut class-system
artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui
dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, maka pengertian kelas adalah
paralel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu
faktor uang, tanah, kekuasaan atau dasar lainnya
Dalam Soekanto (2003:235) Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar
ekonomis dengan dasar kedudukan sosial akan tetapi tetap mempergunakan istilah
kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi ke
dalam sub kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya.
Disamping itu, Max Weber masih menyebutkan adanya golongan yang mendapat
kehormatan khusus dari masyarakat dan dinamakannya stand.
Joseph Schumpeter dalam Soekanto (2003:235-236), mengatakan bahwa
terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat adalah karena diperlukan untuk
menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata. Makna kelas dan
gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar
apabila diketahui riwayat terjadinya.
Soekanto (2003:237-238) membagi empat dasar
lapisan masyarakat:
a.
Ukuran kekayaan. Barangsiap yang
memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan
tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil
pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang
dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
b.
Ukuran kekuasaan. Barangsiapa yang
memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan
atasan.
c.
Ukuran kehormatan. Ukuran
kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan/ atau
kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang
teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat
tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah
berjasa.
d.
Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya
akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan
yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal yang
demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak halal.
Kedudukan di atas tidaklah limitatif karena masih ada ukuran yang lain
yang dapat digunakan, akan tetapi ukuran-ukuran di atas sangat menentukan
sebagai dasar timbulnya sistem lapisan dalam masyarakat tertentu. Pada beberapa
masyarakat tradisional di Indonesia, golongan pembuka tanahlah yang dianggap
memiliki status yang paling tinggi, menyusul para pemilik tanah, setelah itu
mereka yang hanya memiliki tanah pekarangan rumah saja. Dalam masyarakat
perkotaan status sosial ditentukan oleh standar keahlian yang dimiliki atau
berada pada standar penilaian ilmu pengetahuan.
2. Teori Kecerdasan
Ada tujuh kecerdasan yang digagas oleh Howard Garner yang biasa disebut
Multiple Intelligences. Ketujuh kecerdasan itu adalah: kecerdasan linguistik,
matematis-logis, spasial, kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, dan
intrapersonal.
Setiap anak bisa memiliki satu atau beberapa kecerdasan yang menonjol
dan beberapa kecerdasan lain yang normal atau bahkan rendah. Berikut penjelasan
untuk setiap kecerdasan:
a.
Kecerdasan linguistik.
Kemampuan menggunakan kata secara efektif baik
secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi
tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi (bunyi bahasa), semantik (makna
bahasa), dimensi paragmatik (penggunaan praktis bahasa). Penggunaan bahasa
mencakup aspek retorika (penggunaan bahasa untuk mempengaruhi orang lain untuk
melakukan tindakan tertentu), mnemonik (penggunaan bahasa untuk mengingat
informasi), eksplanasi (pengunaan bahasa untuk member informasi), dan meta
bahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri). Kecerdasan ini
biasanya dimiliki oleh pendogeng, orator, politisi, pembawa acara, pembicara
publik, pemceramah, sastrawan, dan sebagainya.
b.
Kecerdasan matematis-logis.
Kemampuan
menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Kecerdasan
ini meliputi kepekaan terhadap pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil
(jika-maka sebab akibat), fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain. Proses
yang digunakan dalam kecerdasan matematis antara lain: kategorisasi,
klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, penghitungan, dan pengujian
hipotesis. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh ahli matematika, insinyur,
pekerja keuangan, ahli statistik, ilmuawan, perencana, dan sebagainya.
c.
Kecerdasan spasial.
Kemampuan
mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat dan mentransformasikan persepsi
dunia spasial-visual tersebut. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap warna,
garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar unsur-unsur tersebut. Kecerdasan ini meliputi
kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual atau spasial, dan
mengorientasikan diri secara tepat dalam matrx spasial. Kecerdasan ini biasanya
dimiliki oleh arsitek, dekorator, seniman, desainer, fotografer, sutradara
film, dan sebagainya.
d.
Kecerdasan kinestetis-jasmani.
Keahlian
menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan dan mengunakan
tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi
kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi keseimbangan,
keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan menerima
rangsangan dan hal-hal yang berkaitan dengan sentuhan. Kecerdasan ini biasa
dimiliki oleh pengrajin, mekanik, dokter bedah, at let, aktor, penari, dan
sebagainya.
e.
Kecerdasan musikal.
Kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal,
dengan cara mempersepsi, membedakan, mengubah, dan mengekspresikan. Kecerdasan
ini meliputi kepekaan pada irama, pola titik nada atau melodi, dan warna nada
atau warna suara suatu lagu. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para musisi
dan penyanyi.
f.
Kecerdasan interpersonal.
Kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana
hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi
kepekaan pada eksperesi wajah, suara, gerak-isyarat; kemampuan untuk membedakan
berbagai macam tanda interpersonal; kemampuan menanggapi secara efektif tanda
tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu. Kecerdasan ini biasanya dimiliki
oleh: politisi, pekerja sosial, psikolog, pewawancara dan sebagainya.
g.
Kecerdasan intrapersonal.
Kemampuan
memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan
ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan
diri); kesadaran akan suasana hati, maksud motivasi, temperamen, dan keinginan,
serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri. Kecerdasan ini
biasanya dimiliki oleh penulis, spritualis, psikolog, ilmuwan, dan sebagainya.
3.
Keadaan Sosial Ekonomi Orang Tua
Keadaan sosial ekonomi setiap orang berbeda-beda dan bertingkat, ada
yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Dalam Maftukhah (2007) sosial ekonomi menurut Abdulsyani
(1994) adalah kedudukan atau posisi sesorang dalam kelompok manusia yang
ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis
rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi, sedangkan menurut Soerjono
Soekanto (2001) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat
berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan peraulan, prestasinya, dan
hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya.
Keluarga dengan pendapatan cukup atau tinggi pada umumnya akan lebih
mudah memenuhi segala kebutuhan sekolah dan keperluan lain. Berbeda dengan
keluarga yang mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami
kesulitan dalam pembiayaan sekolah, begitu juga dengan keperluan lainnya.
Menurut Hamalik dalam Maftukhah (2007) bahwa keadaan sosial ekonomi yang baik
dapat yang menghambat ataupun mendorong dalam belajar. Masalah biaya pendidikan
juga merupakan sumber kekuatan dalam belajar karena kurangnya biaya pendidikan
akan sangat mengganggu kelancaran belajar. Salah satu fakta yang mempengaruhi
tingkat pendidikan anak adalah pendapatan keluarga. Tingkat sosial ekonomi
keluarga mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap prestasi belajar siswa di
sekolah, sebab segala kebutuhan anak yang berkenaan dengan pendidikan akan
membutuhkan sosial ekonomi orang tua.
4.
Prestasi Akademik
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah
dihasilkan tanpa suatu usaha yang baik berupa pengetahuan maupun berupa
keterampilan (Qohar, 2000).
Prestasi menyatakan hasil yang telah diicapai, dilakukan, dikerjakan,
dan sebagainya, dengan hasil yang menyenangkan hati diperoleh dengan jalan
keuletan kerja (Nasrun, 2000).
Sobur (2006) dalam Sahputra (2009) menyatakan bahwa prestasi akademik
merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang
dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan,
tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut
dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan
masalah llangsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang
standar.
Menurut Setiawan (2000), prestasi akademik adalah istilah untuk
menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena
suatu usaha belajar telah dilakukan oleh seseorang secara optimal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, sebagaimana
yang dikemukakan Rola (2006) terdapat empat faktor yang mempengaruhi prestasi
akademik yaitu:
a.
Pengaruh keluarga dan kebudayaan
Besarnya kebebasan
yang diberikan orang tua kepada anaknya, jenis pekerjaan orang tua dan jumlah
serta urutan anak dalam keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
perkembangan prestasi. Produk-produk kebudayaan pada suatu daerah seperti
cerita rakyat, sering mengandung tema prestasi yang bisa meningkatkan semangat.
b.
Peranan konsep diri
Konsep diri merupakan bagaimana individu
berfikir tentang dirinya sendiri. Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu
untuk melakukan sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukan hal
tersebut sehingga berpengaruh dalam tingkah lakunya.
c.
Pengaruh dari peran jenis kelamin
Prestasi akademik yang tinggi biasanya
diidentikkan dengan makulinitas, sehingga banyak wanita yang belajar tidak maksimal
khususnya jika wanita tersebut berada diantara pria. Pada wanita terdapat
kecenderungan takut akan kesuksesan, yang artinya pada wanita terdapat
kekhawatiran pada dirinya akan ditolak oleh masyarakat apabila dirinya
memperoleh kesuksesan, namun sampai saat ini konsep tersebut masih
diperdebatkan.
d.
Pengakuan dan prestasi
Individu akan berusaha bekerja keras jika
dirinya merasa diperdulikan oleh orang lain. Dimana prestasi sangat dipengaruhi
oleh peran orang tua, keluarga, dan dukungan lingkungan tenpat dimana individu
berada. Individu yang diberi dorongan untuk berprestasi akan lebih realistis
dalam mencapai tujuannya.
Sedangkan dipihak lain Soemanto dalam Sahputra
(2009) menyatakan faktor yang mempengaruhi prestasi dan tingkah laku individu
adalah:
a.
Konsep diri
Pikiran atau
persepsi individu tentang dirinya sendiri, merupakan faktor yang penting
mempengaruhi prestasi dan tingkah laku individu.
b.
Locus of Control
Dimana individu merasa melihat hubungan antara
tingkah laku dan akibatnya, apakah dapat menerima tanggung jawab atau tidak
atas tindakannya. Locus of control mempunyai dua dimensi, yakni dimensi
eksternal dan dimensi internal. Dimensi eksternal akan menganggap bahwa
tanggung jawab segala perbuatan berada di luar diri pelaku. Sedangkan dimensi
internal melihat bahwa tanggung jawab sebagai perbuatan berada pada diri si
pelaku. Individu yang memiliki locus of control eksternal memiliki kegelisahan,
kecurigaan, dan rasa permusuhan. Sedangkan individu yang memiliki locus of control
internal suka bekerja sendiri dan efektif.
c.
Kecemasan yang dialami
Kecemasan merupakan
gambaran emosional yang dikaitkan dengan ketakutan. Dimana dalam proses belajar
mengajar, individu memiliki derajat dan jenis kegelisahan yang berbeda.
d.
Motivasi belajar
Jika motivasi individu untuk berhasil lebih kuat daripada motivasi
untuk tidak gagal, maka individu akan segera merinci kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya. Sebaliknya, jika motivasi individu untuk tidak gagal lebih kuat,
individu akan mencari soal yang lebih mudah atau lebih sukar.
Setiap individu yang telah terpenuhi kebutuhan pokoknya pastilah
sedikit banyak memiliki keinginan berprestasi. Namun yang membedakan antara
individu yang memiliki keinginan berprestasi tinggi dan rendah adalah keinginan
dirinnya untuk dapat menyelesaikan sesuatu dengan baik (Rola, 2006).
Sobur dalam Sahputra (2009) menyatakan bahwa ciri individu yang
memiliki keinginan berprestasi tinggi adalah, berprestasi dihubungkan dengan
seperangkat standar. Seperangkat standar tersebut dihubungkan dengan prestasi
orang lain, prestasi diri sendiri yang lampau, serta tugas yang harus
dilakukan. Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kegiatan-kegiatan yang
dilakukan. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan yang
dilakukan sehingga dapat diketahui dengan cepat hasil yang diperoleh dari
kegiatannya, lebih baik atau lebih buruk. Menghindari tugas-tugas yang sulit
atau terlalu mudah, akan tetapi memilih tugas yang tingkat kesulitannya sedang.
Inovatif, yaitu dalam melakukan proses pekerjaan dilakukan dengan cara yang berbeda, efisien
dan lebih baik dari yang sebelumnya. Hal ini dilakukan agar individu
mendapatkan cara yang lebih baik dan menguntungkan dalam pencapaian tujuan.
Tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan atau karena tindakan orang
lain, dan ingin merasakan kesuksesan atau kegagalan disebabkan oleh tindakan
individu itu sendiri.
Dengan demikian, individu yang memiliki keinginan untuk berprestasi
tinggi adalah individu yang memiliki standar berprestasi, memiliki tanggung
jawab pribadi atas apa yang dilakukannya, individu lebih suka bekerja pada
situasi dimana dirinya mendapat umpan balik sehingga dapat diketahui seberapa
baik tugas yang telah dilakukannya, individu tidak menyukai keberhasilan yang
bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain, individu lebih suka bekerja
pada tugas yang tingkat kesulitannya menengah dan realistis dalam pencapaian
tujuannya, individu bersifat inovatif dimana dalam melakukan tugas selalu dengan
cara yang berbeda, efisien, dan lebih baik dari yang sebelumnya. Dengan
demikian, individu merasa lebih dapat menerima kegagalannya atas apa yang
dilakukannya.
5.
Kerangka Pikir
Secara teoritis dikatakan bahwa ada pengaruh antara status sosial ekonomi
orang tua terhadap tingkat prestasi akademik mahasiswa. Secara sederhana dapat
terlihat bahwa keluarga yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi akan
mudah memenuhi segala kebutuhan hidupnya, termasuk dalam kemudahan memperoleh
akses-akses yang berhubungan dengan pendidikan. Sebaliknya, keluarga yang
memiliki status sosial ekonomi rendah akan mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, karena adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki maka
anak mengalami kesulitan dalam memperoleh pendidikan.
6.
Hipotesis
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa ada
pengaruh antara status sosial ekonomi orang tua terhadap tingkat prestasi
akademik mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Makassar.
D.
Metode Penelitian
1.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi
bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda yang ada di sekitar kita
(Sugiyono, 2009:80).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan mahasiswa
sosiologi angkatan 2011 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Gunadarma yang berjumlah 54 mahasiswa yang terdiri dari 18 laki-laki dan 36
perempuan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2009:81). Dalam penelitian ini teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Teknik ini digunakan
karena peneliti menganggap populasi dalam penelitian ini adalah homogen yaitu
keseluruhan populasi adalah mahasiswa.
2.
Variabel Penelitian
Hatch dan Farhady (1981) dalam Sugiyono (2009:38) mendefinisikan
variabel sebagai atribut seseorang, atau subjek, yang mempunyai “variasi”
antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.
Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel
yaitu:
Dalam penelitian ini variabel independen (variabel bebas) adalah
kondisi status sosial ekonomi orang tua mahasiswa yaitu:
1)
Tingkat pendidikan
2)
Tingkat pendapatan
3)
Pemilikan kekayaan
4)
Jenis tempat tinggal
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen (variabel terikat)
adalah prestasi akademik mahasiswa yaitu nilai Indeks Prestasi Akademik (IPK)
mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Makassar.
3.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut
variabel penelitian (Sugiyono, 2009:202).
Dalam penelitian ini ada dua instrumen yang
digunakan yaitu:
a.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur status sosial ekonomi orang tua
mahasiswa.
b.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi akademik mahasiswa.
4.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode
angket. Angket digunakan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi orang tua
mahasiswa dan prestasi akademik mahasiswa.
5.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah statistik
deskriptif untuk memberikan deskriptif atau gambaran data yang diperoleh. Untuk
analisis data ini dilakukan pengumpulan data dengan menentukan skor responden
sesuai penskoran yang ditentukan. Selanjutnya menjumlahkan skor tersebut. Untuk
menentukan skor (deskriptif persentase) digunakan rumus:
DP = x 100%
Ket:
DP
: Deskriptif persentase
N
: Jumlah seluruh nilai yang
diharapkan
n
: Nilai yang diperoleh
Data yang diperoleh dari angket dianalisis
melalui tahapan yaitu:
a.
Mengelompokkan data sesuai dengan jenisnya.
b.
Membuat tabulasi data.
c.
Data yang telah ditabulasikan, diolah dalam bentuk komputerisasi.
Arikunto dalam Maftukhah (2007), untuk mempermudah analisis data dari
angket yang bertingkat maka perlu diketahui skor yang diperoleh responden dari
hasil angket yang diisi. Untuk itu perlu ditentukan kriteria penskoran sebagai
berikut:
a.
Untuk alternatif jawaban a diberi skor 4
b.
Untuk alternatif jawaban b diberi skor 3
c.
Untuk alternatif jawaban c diberi skor 2
d. Untuk alternatif jawaban d diberi skor 1
Untuk menentukan kriteria penskoran adanya hubungan antara status
sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi akademik mahasiswa digunakan
perhitungan sebagai berikut:
a.
Persentase skor maksimal
= ( 4 : 4 ) x 100% =
100%
b.
Persentase skor minimal
= ( 1 : 4 ) x 100% =
25%
c.
Rentang
= 100% - 25% =
75%
d.
Panjang kelas interval
= 75% : 4 =
18,75%
Metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh status
sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi akademik mahasiswa, data dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Mencari persamaan garis
regresi digunakan teknik analisis regresi linear satu variabel dengan persamaan
sebagai berikut:
Y = a + bX
Ket:
Y
: Variabel terikat (prestasi
akademik)
a
: Konstanta
b
: koefisien regresi variabel X
X
: Variabel bebas (kondisi
sosial ekonomi)
6.
Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Henslin, James M. 2007. Sosiologi dengan
Pendekatan Membumi, jilid 1, edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nasution, S. Prof, Dr. 2008. Metode Research
(Penelitian Ilmiah). Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Said gatara, A.A, dan Dzulkiah Said, Moh.
2007. Sosiologi Politik, Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Soekanto, Soerjono. 2003. Soosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sugiyono, Prof,. Dr. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Undang-undang:
UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Republik
Indonesia.
Internet:
Maftukhah. 2007. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap
Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMPN 1 Randudongkal Kabupaten
Pemalang Tahun 2006/200, skripsi diajukan untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan geografi pada Universitas Nsegeri Semarang, (Online),
(digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0152/.../doc.pdf
diakses pada tanggal 1 Januari 2011).
Nasrun. 2000. Prestasi Belajar, (Online),
(http://www.prestasi.com/belajarnews/0544/saq/html., diakses pada tanggal 14
Januari 2011).
Qohar. 2000. Prestasi Belajar Akademik, (Online),
(http://www.prestasi+akademik-/belajarnews/235/saq/html., diakses pada tanggal
14 Januari 2011).
Sahputra, Naam. 2009. Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi Akademik
Mahasiswa S1 Keperawatan Smester III Kalas Ekstensi PSIK FK USU Medan, skripsi,
(Online), (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14291/1/09E00579.pdf
diakses pada tanggal)
Setiawan. 2000. Meraih Nilai Akademik Maksimal, (Online),
http://www.pend-tinggi.com/nilai098+akademik/html., diakses pada tanggal 14
Januari 2011).